Jangan khawatir. Jepang yang mengagungkan paham hypermodernism masih eksis. Mereka masih memiliki teknologi super canggih sampai robotisasi individu. Generasi hypermodernism muncul sekitar pertengahan 1980-an. Saat itu kekuatan bisnis dan produk Jepang meledak dahsyat. Neuromancer melahirkan konsep cyberpunk bagi masa depan Jepang. Logo hologram Fuji Electric tak lagi menghiasi tower di jalanan Tokyo. Jepang mulai beralih ke era silico-, nano- dan bio-Segala teknologi baru juga mengubah gaya hidup masyarakat Jepang.
Selain beragam teknologi baru, kita tak boleh melupakan beberapa trade mark Jepang yang masih layak diperhitungkan. Sedikitnya, sepuluh asset yang dimilikinya masih berjasa, sehingga Jepang tetap punya masa depan "wah". Berikut adalah 10 kekayaan Jepang yang melanda kehidupan sehari-hari bangsa itu.
1. Industri
Produk buatan Jepang selalu memperhitungkan detil, tombol sekecil apa pun, hingga setiap guratan, dirancang dengan teliti. Semua elemen yang membentuk suatu produk seakan berkata, "Aku adalah bagian dari mesin ini dan aku wajib menunaikan tugasku, meski tubuhku paling kecil." Bermacam model yang akan dirilis tahun depan, mungkin tidak terlihat baru, tapi bisa dipastikan lebih berkualitas. Dan, motto itu tidak hanya berlaku bagi perangkat elektronik.
MUJI, pertokoan bergaya minimalis, sedang dalam usaha memperluas pasar. Dalam waktu dua tahun, mereka telah membuka 15 toko di Prancis dan Inggris.
2. Arsitektur
Jepang mempengaruhi paham arsitektur modern dengan sebuah kekuatan dan sentuhan elegan yang sungguh impresif. Konsep minimalis ruangan ala Jepang tidak sekadar nyeni, namun menghadirkan suasana nyaman dan tenteram di hati. Beberapa arsitek Jepang terkenal antara lain Tadao Ando, Yoshio Taniguchi, Toyo Ito, Arata Isozaki, dan Shigeru Ban.
Inovasi arsitektur terbaru yang akan hadir di Jepang adalah Tokyo Disney Seas. Pembangunan taman hiburan di atas tanah seluas 176 hektar tersebut menghabiskan biaya US$ 2,8 miliar, rencananya akan dibuka September.
3. Merek Ngetop
Hello Kitty tidak mencerminkan apa pun. Ia tak pernah dan tak akan menjadi sesuatu. Ia hanyalah lisensi, padahal sudah mendunia. Bahkan, ia tidak mewakili citra apa pun, ego sekalipun. Toh, ia ngetop dari dulu hingga kini. Itulah Jepang.
Bulan ini, Yu-Gi-Oh! mengudara di WB Television Network. Serial remaja tersebut bercerita tentang sebuah sekolah penuh monster jahat. Video game dan kartu permainannya sudah populer di Jepang, dan akan diperdagangkan di Amerika Serikat saat Natal dan tahun baru 2002.
Saat ini Pokemon ditayangkan di 65 negara dan diterjemahkan ke dalam 30 bahasa. Sejak debutnya pada 1996, Pokemon sudah meraup US$ 15 miliar hanya dari penjualan pernak-perniknya.
4. Musik
Disc Jockey (DJ) dan produser musik hip-hop sangat tertarik pada perangkat audio Jepang produksi akhir 1970-an dan awal 1980-an. Technics 1200 merupakan pilihan terbaik DJ, dan Roland TR-808 Rhythm Composer memiliki karakter bas yang kuat. Pokoknya, menyimbolkan dance elektrik serta musik hip-hop.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah piringan hitam yang terjual mencapai 10 kali lipat, dengan harga berlipat ganda. Intinya, phonograph sudah dianggap sebagai instrumen musik, bukan sekadar alat perekam. Perangkat DJ juga buatan Jepang, baik Technics maupun Vestax.
5. Robot
Tren Hollywood saat ini adalah, robot suatu hari nanti akan menjadi penguasa dunia. Lihat saja film Terminator dan A.I. Selain itu, Amerika Serikat juga rajin membahas pemberdayaan robot dalam setiap operasi militer. Sebaliknya, Jepang justru melihat robot sebagai teman, pekerja, bahkan asisten. Intinya, robot dapat bekerjasama dengan manusia, bukan menggantikan kedudukan mereka di muka bumi. Itulah pembeda Jepang dengan negara lain. Buktinya, Eropa mengimpor tenaga kerja murah dari Turki dan Afrika, Amerika Serikat mengimpor dari Meksiko. Tapi, Jepang tidak melakukan hal serupa. Kan ada robot?! Lebih dari separuh jumlah robot industri di dunia (750 ribu) diproduksi di Jepang.
6. Komik
Osamu Tezuka mengembangkan Manga setelah Perang Dunia II. Rupanya Tezuka terpengaruh Carl Barks, kreator Paman Gober. Tezuka menuangkan cita rasa Amerika Serikat ke dalam tubuh komik Jepang. Ia memadukan Disney dengan cerita menarik. Di Jepang, komik berkembang menjadi bahan literatur seni. Ada komik romantis, komik historis, sampai komik olahraga. Intinya, komik diciptakan bagi setiap segmen pasar. Sekarang keadaan berbalik, Disney justru yang meniru Jepang. Contohnya, The Little Mermaid sangat dipengaruhi gaya Manga, bahkan The Lion King sesungguhnya diadaptasi dari Kimba the White Lion karya Tezuka.
Manga seringkali mengilhami terciptanya film animasi. Princess Mononoke adalah film kedua terlaris di Jepang setelah Titanic.
7. Video Game
Jepang adalah Hollywood-nya video game. Mereka pembuat game terbaik. Jepang memiliki ribuan tim R&D serta dana raksasa untuk menciptakan berbagai permainan canggih. Jika di belahan bumi lain satu tim terdiri atas 50 orang, Jepang punya 200 orang. Cara Jepang memasuki ajang industri itu sama dengan cara yang ditempuh Cecil B. DeMille dalam perfilman. Seperti membuat film, Jepang juga menggunakan kamera, penyutradaraan, dan alur cerita. Kini, game dan film berkolaborasi. Lihat saja The Matrix dan Crouching Tiger, Hidden Dragon. Beberapa gerakan tokoh utamanya justru banyak meniru gerakan jagoan dalam game. Nintendo telah memproduksi 115 juta Game Boy. Jumlah yang cukup bagi seluruh orang Jepang. Satu orang satu.
8. Barang Baru
Siklus perdagangan produk Jepang jauh lebih aktif dari Amerika Serikat: penjualan, pembelian, maupun jumlah produksi. Hiroshi, perancang busana di balik label Good Enough memiliki toko di Osaka, buka Rabu sampai Sabtu. Setiap Rabu ia memajang produk baru di etalase - biasanya T-shirt atau barang lain. Ia juga mendesain untuk Nike - selalu laris manis. Pembeli antre dua jam sebelum toko buka, karena persediaan terbatas.
Biasanya, Amerika Serikat tak mau merilis notebook terbaru sebelum ada jaminan bakal laku, setidaknya 250 ribu unit di seluruh dunia. Namun, Jepang lebih eksperimental. Bagi Sony, Fujitsu, Hitachi, Toshiba, Sharp, Casio, dan NEC, laku 25 ribu unit saja sudah cukup untuk jadi landasan produksi.
Karena ongkos registrasi mahal, masyarakat Jepang sulit memiliki mobil lebih dari lima tahun. Karenanya, masyarakat Jepang selalu haus akan model baru. Yang lama akan diekspor ke Asia Tenggara dan Eropa.
9. Erotisme
Sebagai simbol kebaikan, dekorasi tali mempengaruhi banyak aspek di Jepang. Sudah 3 ribu tahun tradisi itu menyatu dalam kultur Jepang. Tali sering dipakai sebagai desain kerajinan tembikar Jepang masa prasejarah. Di kuil pemujaan Shinto, bahkan terlihat tali raksasa pertanda tanah suci. Saat upacara pernikahan, uang dibungkus dan diikat dengan simpul berbelit. Kimono, pakaian tradisional Jepang, diikatkan begitu saja ke badan, tanpa retsleting dan kancing. Tali-temali tak terpisahkan dari kultur Jepang. Samurai zaman pertengahan pun memiliki tradisi hojo jitsu, yakni seni mengikat tawanan. Memasuki abad XX, Seiu Ito mulai mengabadikan gambar perempuan dalam ikatan tali. Seni tersebut dinamakan shibari.
Industri hiburan segmen dewasa di Jepang membuat 5 ribu film porno setiap tahun, dan wajib disunting satu persatu oleh Badan Sensor.
10. Pertunjukan Game
Awal 1990-an, mempermalukan orang merupakan permainan populer di Jepang. Di Trans-America Ultra Quiz, kontestan yang kalah disertakan dalam 'the losers'. Mereka diminta melakukan perbuatan memalukan atau pekerjaan sulit. Seseorang bahkan pernah dicat merah sambil berdiri di sudut jalan, berteriak, "Saya kalah!". Sekarang, Amerika Serikat gantian keranjingan Survivor dan The Weakest Link.
Saat ini, The Food Network sedang mengembangkan versi Amerika Serikat Iron Chef, pertunjukan memasak yang melibatkan artis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar