Logo Universitas Gunadarma

Senin, 31 Mei 2010

Terkuak, Penyebab Baterai Laptop Mudah Terbakar

Desika Pemita

Liputan6, Cambridge: Para peneliti di Universitas Cambridge, Inggris, percaya bahwa serat logam yang dikenal sebagai dendrite adalah salah satu alasan utama mengapa litium baterai telepon seluler (ponsel) di komputer jinjing dan perangkat lainnya terlalu panas sehingga mudah terbakar. Baterai di laptop dan ponsel dirancang untuk mengisi dengan cepat. Namun, hal ini dapat menyebabkan dendrite membentuk karbon pada anoda baterai. Demikian dikatakan tim ilmuwan Universitas Cambridge, belum lama ini.

Tim peneliti berharap mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bentuk dendrite dan cara menghentikan perkembangannya. Namun, para ilmuwan menggunakan spektroskopi resonansi magnetik nuklir untuk melacak perkembangan dendrite. Dengan demikian, diharapkan informasi ini akan membantu produsen elektronik untuk meningkatkan keamanan dalam memproduksi baterai litium.

Clare Grey, salah seorang peneliti dari jurusan kimia Universitas Cambridge mengatakan, "Serat litium yang mematikan ini telah menjadi hambatan yang sangat cepat terhadap komersialisasi generasi baru baterai berkapasitas yang lebih tinggi."

"Baterai yang tidak mudah terbakar harus segera ditemukan, sebelum penemuan terbaru dari baterai ion-litium, sebelum pemakaian dari baterai jenis ini digunakan lebih luas seperti transportasi massa." Grey menambahkan, "Sekarang kita hanya dapat memonitor pembentukan dari dendrite dalam baterai, kita bisa mengidentifikasi ketika mereka terbentuk dan berubah dalam kondisi apa pun.(DES/ANS/Telegraph)

Website : http://tekno.liputan6.com/berita/201005/277772/Terkuak.Penyebab.Baterai.Laptop.Mudah.Terbakar

Mengapa Leher Dinosaurus Panjang?


Ellyzar Zachra PB


(IST)

INILAH.COM, Jakarta- Peneliti menjawab misteri dinosaurus pemakan tumbuhan lehernya bisa berkembang panjang, karena berhubungan dengan proses mengunyah.

Leher penjang itu telah jadi puzzle bagi peneliti yang kebingungan bagaimana dinosaurus raksasa pemakan tanaman dikenal sebagai sauropods dapat menjadi begitu besar.

Penelitian terbaru menemukan bahwa melahap makanan dengan cara seperti itu memungkinkan raksasa ini memasukkan makanan ke perut mereka dengan cepat.

Leher panjang juga membantu dinosaurus besar mendapatkan makanan tanpa harus bergerak dari tempat tertentu, kata peneliti di Born University.

Saat mamalia memakan tumbuhan, mereka berevolusi dan kemampuan mengunyah membuat makanan menjadi lebih mudah dicerna.

“Mengunyah adalah tindakan di mana tidak ada mamalia herbivora darat besar yang tidak melakukan hal itu,” kata kepala peneliti Prof Martin Sander dikutip dari Daily Mail.

Sebagian dinosaurus vegetarian menyukai tanaman pakis yang melimpah di rawa-rawa pada zaman prasejarah dan bernutrisi tinggi, kata para peneliti.

Beberapa hewan yang memakan tumbuhan itu saat ini giginya rusak, karena mengandung banyak silika keras. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi dinosaurus yang memetik dan menelan makanan tanpa mengunyah.

Sauropods juga dikenal memperbarui gigi mereka secara rutin, terkadang satu kali setiap bulan. Dinosaurus yang memiliki perut besar dan metabolisme yang kuat akan membantu mereka menghadapi begitu banyak makanan yang tidak dikunyah, ujar para peneliti.

Dinosaurus memiliki sistem pernafasan yang sangat efisien seperti burung di mana melibatkan banyak pundi-pundi udara yang menembus rongga tubuh dan tulang.

“Dalam sejarah dari spesies burung dengan paru-paru saat ini dan dinosaurus raksasa memiliki originalitas yang sama. Dua ratus juta tahun yang lalu, sebuah kombinasi tidak paralel berkembang di sifat para primitif di mana mengembangkan sesuatu yang baru dalam sejarah evolusi.

“Kombinasi ini membuat sejarah tampak lebih menarik,” kata Prof Sander.

Penemuan ini dipublikasikan di edisi terbaru jurnal Biological Reviews.

Sel Otak Berfungsi Alirkan Gumpalan Darah?


Ellyzar Zachra PB

http://inilah.com/data/berita/foto/565231.jpg


(IST)

INILAH.COM, Jakarta - Peneliti menemukan cara bagaimana pembuluh darah yang kecil mampu menghapus pembekuan darah dari otak pada tikus.

Penemuan ini diharapkan dapat membantu para peneliti memahami lebih baik bagaimana mengobati penderita alzheimer dan stroke.

Menghapus gumpalan dan penyumbatan lainnya di otak begitu penting untuk memungkinkan darah mengalir tanpa gangguan, di mana penyumbatan dapat sebabkan kurangnya oksigen dan mengganggu jalur komunikasi antarsel saraf sehingga menyebabkan kematian sel tersebut.

Dalam studi terbaru ini, peneliti asal Northwestern University Feinberg School of Medicine menggunakan teknologi scanning untuk memeriksa pembuluh darah kecil, yang dikenal sebagai microvessle di otak tikus. Mereka menemukan bahwa sel pada dinding pembuluh memperbaiki darah yang tersumbat hingga mengalir dengan menyegel penyumbatan dan memindahkannya.

Pembuluh darah pada tikus yang lebih tua tampaknya tidak mudah memindahkan penyumbatan pada otak.

“Pengurangan efisiensi dari mekanisme proteksi pada otak yang lebih tua dan ini efek dari fungsi sel saraf pada otak mungkin secara signifikan berkontribusi pada penurunan kognitif yang berhubungan denan tingkat usia,” kata peneliti Suzanna Petanceska, dari divisi neuroscience, National Insititute of Aging, yang mendanai penelitian ini.

“Ini mungkin juga menjadi bagian dari mekanisme di mana faktor risiko vaskular seperti tekanan darah tinggi dan diabetes meningkatkan risiko penyakit Alzheimer pada usia tertentu,” kata Petancesca.

Website : http://inilah.com/news/read/gaya-hidup/2010/05/30/565231/sel-otak-berfungsi-alirkan-gumpalan-darah/

Ditemukan Fosil Hewan Laut Lunak Tertua


INILAH.COM, Jakarta - Penemuan sejumlah besar fosil hewan laut bertubuh lunak telah menciptakan menggemparkan catatan fosil. Usia fosil itu setidaknya mencapai 500 juta tahun lalu.

Paleontologis menemukan lebih dari 1.500 fosil hewan laut bertubuh lunak, beberapa di antaranya berasal dari setidaknya 500 juta tahun lalu. Penemuan ini memberikan pemahaman lebih lengkap mengenai kehidupan laut saat itu. Bahkan menunjukkan bahwa hewan bertubuh lunak ini tidak mati selama kehancuran besar-besaran pada periode Cambrian.

Fosil dari hewan bertubuh lunak ini jarang ditemukan karena tubuh mereka yang licin cenderung lemah dibandingkan yang berkulit keras atau memmiliki tulang.

Ledakan Cambrian (sekitar 530 juta tahun lalu) mendorong pembentukan kelompok hewan utama dan perkembangan ekositem yang rumit, seperti Great Ordovician Biodiversification Event (sekitar 490 juta tahun lalu).

Hewan ini merepresentasikan penemuan terbaru termasuk makhluk spons, cacing Annelida, moluska dan kepiting tapal kuda, yang hidup selama periode Ordovician 480 juta hingga 472 juta tahun lalu. Sehingga membuat mereka menjadi yang paling tua ditemukan selama periode ini.

Sebuah tim yang dipimpin peneliti dari Yale University menggali fosil ini di Lower and Upper Fezouata Formations, sebelah tenggara Maroko tahun lalu. Banyak fosil merupakan spesies komplit yang diperkirakan merupakan hewan bertubuh lunak dari 30 juta tahun lebih awal daripada yang diperkirakan.

Hingga saat ini, fosil Ordovician terekam begitu bias dengan hewan bertulang keras. Hewan ini dijuluki ‘shelly’. “Di awal masa Ordovician merupakan momen kritis karena adanya pengrusakan besar-besaran, namun kami hanya melihat bagian kecil dari gambaran ini yang berbasis dari rekaman fosil eksklusif ini,” kata Derek Briggs dari Museum of Natural History, Yale.

Kondisi yang membuat Lower and Upper Fezouata Formations, Maroko, begitu sempurna adalah kadar air yang tenang dan penimbunan yang cepat. Sehingga memproteksi tubuh hewan ini dari predator, serta zat kimia dari sedimen yang mempercepat proses mineral. Akibatnya, lapisan lembut ini tidak rusak.

Sebagai tambahan, tim ini juga menemukan Burgess Shale yang merupakan organisme sama yang ditemukan di ladang fosil Burgess Shale, British Columbia. Organisme ini merupakan tipe dari awal hingga pertengahan Cambrian, sekitar 499 tahun lalu. [mdr]

Website : http://inilah.com/news/read/teknologi/2010/05/22/549451/ditemukan-fosil-hewan-laut-lunak-tertua/