Logo Universitas Gunadarma

Kamis, 08 April 2010

mengoptimalkan produksi

Produksi Unggas Mencukupi Kebutuhan Nasional

JAKARTA,kabarbisnis.com : Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Tjeppy D Sodjana menilai potensi produksi unggas Indonesia masih cukup untuk mencukupi kebutuhan nasional. Untuk itu, Indonesia belum ada rencana mengimpor unggas dari negara lain. Memang banyak tawaran impor unggas, termasuk dari Malaysia namun Indonesia tetap menolaknya.


"Penolakan itu sesuai Undang-undang no 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) no 20 tahun 2009 yang intinya menyebutkan jika produksi dalam negeri mencukupi, tidak boleh mengimpor produk unggas dengan berbagai alasan apapun," ungkap Dirjen Peternakan di Jakarta, Jumat (15/1/10).


Saat ini, sambung Dirjen, produksi ayam nasional berupa DOC (Day Old Chicken) atau anak ayam mencapai 17 - 20 juta ekor per minggu. Padahal kapasitas produksinya mencapai 40 juta ekor DOC per minggu, sehingga produksi saat ini masih bisa dioptimalkan.


Dijelaskan untuk mengoptimalkan produksi itu, dilakukan program restrukturisasi perunggasan dengan melakukan kompartemenisasi produksi unggas yang disertifikasi bebas penyakit sehingga produsen dapat meningkatkan kapasitas produksi juga bebas memperdagangkan produknya ke luar daerah.


Selama ini 80 % lebih pasar unggas berada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Medan dan lainnya. Sehingga persaingan perdagangan unggas atau ayam hidup sangat ketat. Padahal, potensi pasar di kota-kota kecil, daerah pedesaan bahkan daerah terpencil sangat terbuka. Sayangnya belum dilirik produsen ayam, sambungnya.


Dia mengatakan, untuk kebutuhan daging ayam nasional sangat tergantung musim. Biasanya menjelang dan saat hari raya permintaan daging ayam grafiknya meningkat tajam. Namun hari biasa masih sangat rendah, tingkat konsumsi ayam di Indonesia yakni mencapai 4,8 kg per kapita pertahun. Padahal konsumsi ayam di Malaysia mencapai 38 kg dan Amerika mencapai 46 kg perkapita pertahun. Sementara stok daging ayam untuk konsumsi nasional mencapai 29.485 ton sampai Februari 2010.


Saat ini jumlah perusahaan potong ayam yang terintergrasi sebanyak 22 perusahaan. Investasi ayam potong berkisar US$ 50 per ekor ayam atau kisaran total investasi di atas US$ 20 juta untuk satu rumah potong skala besar. Kontribusi rumah potong ayam hanya mencapai 15 % dari total kebutuhan ayam di dalam negeri karena sebagian besar masyarakat lebih memilih ayam segar yang langsung dipotong di pasar tradisional ketimbang ayam beku produksi rumah potong modern. Kb10

Sumber : kabarbisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar